Hari ini ku
beranikan melangkahkan kakiku memasuki sebuah ruangan kecil di pojok sebuah
rumah kuno kediaman kakek dan nenekku. Disana disebuah kamar kecil yang tak kurang
dari 3x4 meter kudapati beberapa orang menggerombol dengan percakapan yang lirih.
Aku memaksa masuk dengan kesusahan. Di ranjang itu, kulihat seorang kakek tua
yang terbaring lemah di ranjang reyot itu. Ya, itu kakekku. Beliau terbaring
sakit secara tiba tiba. Memang sebelumnya kesehatan beliau semakin menurun. Di
usianya yang tak kurang lebih 80 tahun beliau masih lancar untuk di ajak
berkomunikasi, walaupun terkadang beliau mengeluh, “kenapa daya tangkapku
mendengar semakin berkurang? Dan kakiku semakin tak kuat untuk melangkah?”. Jujur
dari dalam hatiku aku tak tega melihat beliau. Kini, hari ini beliau merintih
dan tak bisa berjalan lagi. Katanya, entah kenapa kakinya seperti tak mau
bergerak. Di ruangan itu kudapati ada tetangga yang menjenguk dan juga
keluarga. Disaat kakek ditanya sama bapak bagaimana keadaan beliau? Kakek hanya
menjawab, “rasanya pusing sekali dan susah buat ngomong. Tulang pipi serasa
kaku tak mau di buka lebar untuk bicara.” Katanya sangat lirih dan pelan. Gerakannya
pun hanya sesekali saja. Tatapan matanya yang sendu membuatku semakin tak tega
melihatnya. Kakek yang dulu selalu ada buat aku. Dimana ketika aku kecil beliau
selalu menemaniku bermain. Beliau yang mengajariku bagaimana cara mengendarai
sepeda, beliau yang menggendongku disaat aku lelah berjalan, beliau yang
mengajakku kesawah tiap sorenya dan beliau yang selalu menemaniku ketika aku
sendiri diwaktu orang tuaku bekerja. Aku dan kakek, semasa kecilku bagaikan
sahabatku sekarang. Kenangan itu tak pernah aku lupakan. Dulu beliau yang masih
kuat kuajak berlali, dulu beliau yang masih kuat kuajak naik turun gunung, tapi
sekarang kulihat beliau hanya berbaring lemah tanpa daya dan hanya gerakan yang
terbatas di atas ranjang. Dear kakek, aku selalu berdoa demi kesembuhanmu. Usiamu
yang semakin berkurang membuatku semakin takut untuk bertemu denganmu. Aku takut
jika nantinya aku tak bisa bertemu denganmu lagi. Aku takut melihatmu seperti
itu. Aku takut kenangan kita hilang begitu saja dengan kepergianmu. Tuhan,
kumohon sembuhkan beliau. Kakek yang dulu berbeda dengan sekarang, dan bodohnya
aku kenapa baru menyadarinya? Kemanakah aku disaat kakek masih sehat dulu? Ketika
aku remaja seolah olah melupakannya. Padahal dulu beliau adalah ayah keduaku. Kakek
maafkan aku. Aku tak bisa apa apa disaat engkau sakit seperti ini. Aku tak bisa
menemanimu. Aku takut berada disisimu untuk sekarang. Dulu engkau selalu ada
buat aku, tapi sekarang apa balasanku? Tuhan aku tak sanggup melihat kakekku
seperti itu :”(

 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar